ABIMANYU GUGUR
Masih dalam suasana Perang Baratayudha yang baru beberapa hari terjadi. Prabu Duryudana masih tak habis pikir bagaimana mungkin senapati Hastinapura sekaliber Resi Bhisma harus gugur ditangan prajurit wanita, Wara Srikandhi. Padahal, semua orang tahu bagaimana kehebatan Pandhita Talkandha yang tak akan mati jika bukan karena keinginannya sendiri. Hal ini membuat Duryudana frustasi dan berniat tidak melanjutkan Perang Bharatayudha, jika tidak segera mendapatkan dorongan semangat dari Adipati Karna.
Duryudana beranggapan, bahwa sumber
kekuatan Pandhawa adalah Puntadewa. Oleh karena itu, dirasa perlu
untuk menangkap Puntadewa hidup-hidup. Skenaraionya begini, jika
Puntadewa berhasil ditangkap rencananya tidak akan dibunuh tetapi
justru akan ditantang untuk kembali bermain dadu dengan perjanjian yang
sama ketika Pendhawa dikalahkan bermain dadu beberapa tahun lalu.
Dengan begitu, kembali pendhawa akan menjadi orang buangan dan tidak
lagi memiliki hak atas Negara Hastina. Duryudana sadar, menghadapi
pendawa dalam perang terbuka adalah hal yang sulit dilakukan.
Untuk tugas ini, Pendhita Durna diangkat
menjadi Senapati Bulupitu. Durna menyanggupi tugas ini dengan catatan
Puntadewa dijauhkan dari Wrekudara dan Arjuna. Prabu Gardapati dari
Giripura Wresaya dari kasapta yang juga merupakan murid Pendhita Durna,
menyanggupkan diri untuk menyingkirkan Wrekudara dan Arjuna dari sisi
Puntadewa. Dengan kekuaktan ini disusunlah skenario untuk menyenrang
Pendhawa dnegan Gelar Cakrabyuha.
Mendengar
di fihak Kurawa menempatkan Durna sebagai Senapati, difihak Pandawa
menunjuk Drestajumena menjadi Senapati. Ia adalah putera pancala, adik
kandung Wara Subadra. Dalam menghadapi taktik Durna dengan
Cakhrabyuha, Drestajumena menggunakan Gelar Garuda Nglayang. Perang
berlangsung dengan sangat dahsyat dan banyak korban berjatuhan dikedua
bel;ah fihak.
Ditengah pertempuran, Werkudara mendapat
tantangan dari Prabu Gardapati untuk bertempur sendiri di luar arena
Kurukhsetra. Wrekudara menerima tantangan untuk meninggalkan posnya
sebagai sayap kiri. Demikian juga Arjuna yang mendapat tantangan
pribadi dari Prabu Wresaya juga mendinggalkan posnya sebagai sayap
kanan taktik Garudan Nglayang. Hal ini sungguh membuat kecewa sang
Senapati karena dengan tidak disiplinnya Wrekudara dan Arjuna, taktik
Garuda Nglayang sama sekali tidak efekti. Barisan Pendawa berada dalam
bahaya!
Sementara itu, di Keraton Wiratha,
Abimanyu yang kecewa karena tak dibawa serta dalam perang Baratayudha,
sedang menunggui isterinya, Dewi Utari yang tengah mengandung. Meski
hal ini merupakan amanat Prabu Kresna akan tetapi jiwa ksatria Abimanyu
tak bisa menerima kenyataan bahwa dirinya harus berada di Keraton
sementari ribuan prajurit lain mempertaruhkan hidupnya diKurukhsetra.
Kehadiran Gatutkaca di Keraton Wiratha
guna menyampaikan titah Sri Kresna untuk memanggil Abimanyu agar
bersama Gatutkaca menggantikan posisi Arjuna dan Werkudara yang
meninggalkan posnya untuk menerima tantangan perang Prabu Gardapati dan
Prabu Wresaya, sungguh merasa sangat berbahagia. Inilah kesempatan
yang ditunggu-tunggu Abimanyu untuk bisa ikut bertempur di Kuruksetra.
Dewi Siti Sundari, putri Sri Kresna yang sudah mengetahui isyarat dari ayahandanya, berusaha untuk menahan kepergian Abimanyu. Berbagai cara ditempuh agar Abimanyu tidak merangkat ke Kurukhsetra akan tetapi Abimanyu tak pernah surut. Abimanyu mantap menuju ke medan pertempuran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar