Senin, 22 April 2013

ABIMANYU GUGUR

                     ABIMANYU GUGUR


Masih dalam suasana Perang Baratayudha yang baru beberapa hari terjadi.  Prabu Duryudana masih tak habis pikir bagaimana mungkin senapati Hastinapura sekaliber Resi Bhisma harus gugur ditangan prajurit wanita, Wara Srikandhi.  Padahal, semua orang tahu bagaimana kehebatan Pandhita Talkandha  yang  tak akan mati jika bukan karena keinginannya sendiri.  Hal ini membuat Duryudana frustasi dan berniat tidak melanjutkan Perang Bharatayudha, jika tidak segera mendapatkan dorongan semangat dari Adipati Karna.
Duryudana beranggapan, bahwa sumber kekuatan Pandhawa adalah Puntadewa.  Oleh karena itu, dirasa perlu untuk menangkap Puntadewa hidup-hidup.  Skenaraionya begini, jika Puntadewa berhasil ditangkap rencananya tidak akan dibunuh tetapi justru akan ditantang untuk kembali bermain dadu dengan perjanjian yang sama ketika Pendhawa dikalahkan bermain dadu beberapa tahun lalu.   Dengan begitu, kembali pendhawa akan menjadi orang buangan dan tidak lagi memiliki hak atas Negara Hastina.  Duryudana sadar, menghadapi pendawa dalam perang terbuka adalah hal yang sulit dilakukan.
Untuk tugas ini, Pendhita Durna diangkat menjadi Senapati Bulupitu.  Durna menyanggupi tugas ini dengan catatan Puntadewa dijauhkan dari Wrekudara dan Arjuna.  Prabu Gardapati dari Giripura Wresaya dari kasapta yang juga merupakan murid Pendhita Durna, menyanggupkan diri untuk menyingkirkan Wrekudara dan Arjuna dari sisi Puntadewa.  Dengan kekuaktan ini disusunlah skenario untuk menyenrang Pendhawa dnegan Gelar Cakrabyuha.
Mendengar di fihak Kurawa menempatkan Durna sebagai Senapati, difihak Pandawa menunjuk Drestajumena menjadi Senapati.  Ia adalah putera pancala, adik kandung Wara Subadra.  Dalam menghadapi taktik Durna dengan Cakhrabyuha, Drestajumena menggunakan Gelar Garuda Nglayang.  Perang berlangsung dengan sangat dahsyat dan banyak korban berjatuhan dikedua bel;ah fihak.
Ditengah pertempuran, Werkudara mendapat tantangan dari Prabu Gardapati untuk bertempur sendiri di luar arena Kurukhsetra. Wrekudara menerima tantangan untuk meninggalkan posnya sebagai sayap kiri.  Demikian juga Arjuna yang mendapat tantangan pribadi dari Prabu Wresaya juga mendinggalkan posnya sebagai sayap kanan taktik Garudan Nglayang.  Hal ini sungguh membuat kecewa sang Senapati karena dengan tidak disiplinnya Wrekudara dan Arjuna, taktik Garuda Nglayang sama sekali tidak efekti.  Barisan Pendawa berada dalam bahaya!
Sementara itu, di Keraton Wiratha, Abimanyu yang kecewa karena tak dibawa serta dalam perang Baratayudha, sedang menunggui isterinya, Dewi Utari yang tengah mengandung.  Meski hal ini merupakan amanat Prabu Kresna akan tetapi jiwa ksatria Abimanyu tak bisa menerima kenyataan bahwa dirinya harus berada di Keraton sementari ribuan prajurit lain mempertaruhkan hidupnya diKurukhsetra.
Kehadiran Gatutkaca di Keraton Wiratha guna menyampaikan titah Sri Kresna untuk memanggil  Abimanyu agar bersama Gatutkaca menggantikan posisi Arjuna dan Werkudara yang meninggalkan posnya untuk menerima tantangan perang Prabu Gardapati dan Prabu Wresaya, sungguh merasa sangat berbahagia.  Inilah kesempatan yang ditunggu-tunggu Abimanyu untuk bisa ikut bertempur di Kuruksetra.

Dewi Siti Sundari, putri Sri Kresna  yang sudah mengetahui isyarat dari ayahandanya, berusaha untuk menahan kepergian Abimanyu.  Berbagai cara ditempuh agar Abimanyu tidak merangkat ke Kurukhsetra akan tetapi Abimanyu tak pernah surut.  Abimanyu mantap menuju ke medan pertempuran.
Seperti kita ketahui, akhirnya abimanyu gugur dalam pertempuran bear ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar